Mauritania, atau Republik Islam Mauritania, terletak di Afrika Utara dan dikenal dengan keunikan budaya dan tradisinya yang kuat. Namun, salah satu praktik yang kontroversial dan mencemaskan adalah tradisi pemberian makan paksa, yang telah menjadi bagian dari budaya di negara ini selama bertahun-tahun.
Latar Belakang:Negara ini berbatasan dengan Mali, Senegal, Samudra Atlantik, Sahara Barat, dan Aljazair. Dengan sebagian besar wilayahnya terletak di gurun Sahara, Mauritania memiliki populasi sekitar 4,4 juta jiwa, dengan mayoritas tinggal di daerah beriklim sedang di selatan, terutama di ibu kota Nouakchott.
Baca juga: Mengunjungi Pulau Paling Ramai di Dunia | Santa Cruz |Kolombia
Budaya Gemuk dan Standar Kecantikan: Dalam budaya Mauritania, kegemukan dianggap sebagai simbol kecantikan, daya tarik, dan kekayaan. Para wanita dipandang lebih menggairahkan dan seksi jika mereka memiliki tubuh gemuk. Ini telah menjadi tradisi yang kuat di Mauritania, di mana para ibu bahkan bertindak ekstrem untuk memastikan anak perempuan mereka menambah berat badan.
Tradisi Leblouh: Praktik pemberian makan paksa, dikenal sebagai Leblouh, adalah bagian dari tradisi ini. Gadis-gadis dipaksa untuk makan dalam jumlah besar, dengan ukuran porsi yang meningkat seiring bertambahnya usia mereka. Mereka yang menolak atau tidak mampu memakan makanan penggemukkan tersebut dihukum dengan cara-cara yang menyakitkan.
Baca juga: SISI GELAP Kehidupan di KUBA! TIDAK ADA YANG BERANIMEMBICARAKANNYA | Dokumentasi Perjalanan
Perjuangan Melawan Tradisi: Meskipun sulit untuk mengubah budaya yang telah mengakar kuat, ada upaya yang dilakukan untuk melawan praktik pemberian makan paksa ini. Pemerintah telah meluncurkan kampanye kesehatan melalui media massa untuk menyoroti risiko kesehatan yang terkait dengan obesitas. Selain itu, adanya pengakuan akan kecantikan dalam bentuk tubuh yang sehat dan proporsional telah membantu mengubah pandangan masyarakat terhadap standar kecantikan.
Dampak Sosial dan Kesehatan: Praktik pemberian makan paksa memiliki dampak serius tidak hanya pada kesehatan fisik tetapi juga psikologis gadis-gadis yang menjadi korban. Selain itu, hal ini juga menciptakan ketidaksetaraan gender dan kesenjangan sosial dalam masyarakat Mauritania.
Baca juga: Perjalanan F-15 Eagle Amerika Menuju Penguasa Udara
Perubahan Menuju Masa Depan: Meskipun masih ada tantangan yang harus dihadapi, perubahan telah terlihat, terutama di kalangan elit perkotaan. Adopsi standar kecantikan yang lebih sehat dan upaya pemerintah dalam mengurangi praktik pemberian makan paksa menandakan langkah positif menuju masa depan yang lebih baik bagi wanita di Mauritania.
Kesimpulan: Mauritania menghadapi perjuangan melawan tradisi pemberian makan paksa yang telah mengakar kuat dalam budayanya. Meskipun masih ada jalan panjang untuk dilalui, upaya untuk mengubah pandangan masyarakat tentang kecantikan dan kesehatan adalah langkah yang penting menuju perubahan sosial yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar