Dalam industri konstruksi dan pembangunan infrastruktur, Tiongkok selalu memprioritaskan pembangunan dan peningkatan sistem transportasi jalan dan jembatan. Upaya ini tidak hanya memfasilitasi pergerakan dan konektivitas antar wilayah, tetapi juga untuk mendukung strategi pembangunan ekonomi negara.
Pembangunan ini bukanlah hal baru, memiliki sejarah sejak 2.200
tahun yang lalu hingga era Kaisar Chin Shi Huang, kaisar pertama Tiongkok yang
mempelopori pembangunan terusan sepanjang 36,4 km.
Terusan tersebut dimaksudkan untuk memperluas wilayah - dan
menciptakan keuntungan strategis dengan menghubungkan Sungai Xiang di Provinsi
Hunan dengan Sungai Li di Daerah Otonom Guangxi Zhuang, Tiongkok.
Panjang sungai ini adalah 83 kilometer, dan berujung di Guilin sampai ke Yangshuo, merupakan tonggak penting dalam sejarah pembangunan terusan Tiongkok.
Terusan besar adalah sebuah karya yang luar biasa – dengan panjang
1.800 km dibangun pada masa Dinasti Yuan 1279 - hingga 1368.
Terusan Ping Lu adalah proyek tulang punggung Koridor darat
dan laut baru Tiongkok, dan merupakan proyek yang bertujuan untuk mempercepat
pembangunan Tiongkok.
Ide pembangunannya telah diusulkan lebih dari 100 tahun yang
lalu, dan pada awal tahun 1990, dimasukkan dalam laporan proposal proyek
Departemen Perhubungan Guangxi, namun selalu di tunda hingga tahun 2019.
Perjanjian yang berkaitan dengan terusan Ping Lu muncul
dalam rencana induk Tiongkok mengenai Koridor Perdagangan internasional yang
baru. Proyek ini juga merupakan proyek penting yang membantu mereformasi dan
menstimulasi perekonomian Provinsi Guangxi.
baca juga: Seperti Apa Cara Orang Tibet Menjalani Hidup Di ketinggian,Mengapa Tubuh Mereka Sangat Kuat
Sejak saat itu, perencanaan dan pekerjaan konstruksi telah
memasuki tahap yang dipercepat dan sesuai rencana awal, Terusan Ping Lu akan
dibangun sepanjang 135 km, dengan biaya yang diperkirakan mencapai 72,7 miliar
yuan atau 162 milyar rupiah, dan pengerjaannya di rencanakan selama 54 bulan - dengan
volume 340 juta kubik meter batuan yang digali.
Pada pertengahan Juli 2023, lebih dari 1.800 petugas dan 6.600
pekerja dari 18 unit konstruksi dan 15 unit pemantauan hadir pada konstruksi
tersebut, dilengkapi dengan 2.789 mesin dan peralatan besar seperti pengisap
pasir dan ekskavator menggali 45,93 juta kubik tanah dan batu.
Dengan biaya yang begitu besar, Beijing berharap terusan
tersebut dapat membantu memfasilitasi perdagangan dengan Negara-negara Asia
Tenggara.
Secara teknis setelah selesai dibangun, Terusan Ping Lu akan
menjadi jalur terpendek, paling ekonomis dan ternyaman menuju laut di Tiongkok
Barat Daya. Terusan Ping Lu diperkirakan akan mengangkut 108 juta ton kargo
pada tahun 2035, dan 130 juta ton pada tahun 2035.
Selain menjadi penghubung penting di dunia, terusan Ping Lu
juga membantu menciptakan Koridor laut darat bagian barat, dan menghubungkan
Tiongkok dengan Singapura, Vietnam dan negara-negara Asia Tenggara lainnya dalam
hitungan minggu.
Dengan adanya Terusan Pin Lu, diharapkan dapat membantu perkembangan
industri manufaktur dan Ekspor, membantu berkembangnya perekonomian.
Tiongkok percaya, bahwa Terusan Ping Lu akan mengubah bagian
Teluk Tonkin menjadi jalan keluar ke laut dengan lebih singkat, dan lebih
menghemat biaya dan waktu.
Baca juga: China Produksi Kapal Pesiar Super 16 Lantai Luas 40 RibuMeter Persegi yang Bikin Dunia Takjub
Guangxi adalah provinsi yang berbatasan dengan provinsi
Tiongkok barat seperti Guizhou dan Yunnan, kota-kota ini merupakan basis
manufaktur yang besar, dan sering kali kapal kontainer harus mengambil jalan
memutar untuk mencapainya.
Setelah terusan selesai dibangun, secara mendasar akan
mengubah status Guangxi dan memicu Guangxi untuk lebih berkembang.
Proyek ini dilihat tidak hanya sebagai peluang untuk
mengembangkan lahan di Tiongkok Barat Daya, tetapi juga sebagai jembatan bagi
Tiongkok untuk bekerja sama dengan negara-negara Asia Tenggara.
Terusan Ping Lu diharapkan dapat meningkatkan konektivitas
infrastruktur bilateral, membuka jalan bagi Guangxi untuk memiliki hubungan
yang komprehensif dengan pasar Asia Tenggara melalui pengiriman laut, darat dan
udara.
Akankah Terusan Ping Lu dapat benar-benar membantu Tiongkok
mengubah permainan di Asia Tenggara saat ini?
Jalur laut dua arah ini diperkirakan akan sangat ramai, karena
membantu mengurangi biaya kapal kontainer besar dan kapal kargo yang hanya
membutuhkan waktu beberapa minggu untuk melakukan perjalanan dari Guangxi ke
negara-negara lain seperti Vietnam, Malaysia, Singapura dan Indonesia.
Saat ini karena kurangnya perairan dalam, pengiriman barang
dari provinsi barat China harus menyeberangi sungai Xinjiang dan Sungai Mutiara
untuk mencapai Guangzhou dan Hong Kong.
setelah selesainya nanti, Terusan Ping Lu akan memperpendek
perjalanan darat - dari provinsi Tiongkok Barat ke Laut sekitar 560 km.
Baca juga: Militer Korea Utara pamer Kekuatan, Bisakah TentaraIndonesia Mengalahkannya
Terusan tersebut dapat menampung kapal berbobot hingga 5.000
ton, dan memiliki kemampuan berpotensi menghemat lebih dari 83 milyar rupiah,
dan 12 trilyun rupiah untuk biaya pengiriman setiap tahunnya.
Tidak hanya membuka sistem transportasi air, Tiongkok juga
aktif terhubung dengan negara-negara Asia Tenggara melalui jalur Kereta Api. Pada
tahun 2021, China National Railway Corporation secara resmi membangun jalur
kereta api China Laos sepanjang 414 km.
Ini adalah proyek pertama yang diselesaikan di Asia Tenggara
dengan ambisi untuk menghubungkan Kota Kunming Tiongkok dengan Laos. Ambisi
Tiongkok untuk membangun Kereta Api berkecepatan tinggi di Asia Tenggara tidak
berhenti di sana, berdasarkan rencana pembangunan transportasi Kereta Api Asia,
Tiongkok juga berencana membuka Kereta Berkecepatan Tinggi di sepanjang
Thailand, Malaysia, dan Singapura.
Kanal Ping Lu dan Kereta Api berkecepatan tinggi diharapkan
dapat mendekatkan Tiongkok dan negara-negara Asia Tenggara, terutama di tengah meningkatnya
ketegangan suhu politik dan lambatnya laju pertumbuhan ekonomi.
Pemulihan ekonomi internasional perdagangan dua arah antara
Tiongkok dan asia telah tumbuh pesat selama bertahun-tahun. omset perdagangan
Tiongkok pada tahun 2022 mencapai 16 milyar rupiah, naik sebanyak 11.2% dari
tahun sebelumnya, dan 2,2 kali lipat dari omset perdagangan yang tercatat 10
tahun lalu.
Baca juga: 15 Rekor Dunia Paling Gila Di Dunia
Tiongkok tidak hanya menekankan penciptaan hal-hal positif
nilai tambah bagi pembangunan ekonomi dan kerjasama regional, namun juga
menunjukkan tekad dalam menerapkan strategi infrastruktur, tetapi hal ini juga
menimbulkan pertanyaan tentang tujuan di balik pembangunan terusan Ping Lu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar