Cari Blog Ini

Senin, 15 April 2024

Tragedi Kapal Sewol 2014: Kecelakaan Kapal Memilukan yang Meninggalkan Duka Mendalam

Kecelakaan kapal yang dinilai sangat merugikan industri kelautan tidak hanya menyebabkan korban jiwa, namun juga meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarga dan kerabat para korban. Salah satu kecelakaan kapal yang banyak diperbincangkan adalah peristiwa tenggelamnya kapal Sewol - yang terjadi pada 16 April 2014.

Kejadian ini tidak hanya menjadi kecelakaan kapal terbesar di Korea Selatan, tetapi juga secara internasional. Kapal ini memiliki panjang 146 Meter dan lebar 22 Meter, mampu mengangkut hingga 956 penumpang termasuk awak kapal. Selain penumpang - kapal berbobot 6.825 ton ini juga mampu mengangkut 180 kendaraan dan kargo reguler.

Kapal ini ditenagai oleh dua mesin diesel dan digerakkan oleh dua poros baling-baling dengan jarak tetap, yang memungkinkannya berlayar dengan kecepatan 22 knot atau 41 kmpj, dengan jarak 264 mil laut.

Dibangun pada tahun 1994, dan tidak pernah mengalami kecelakaan apapun selama hampir 18 tahun beroperasi di Jepang.

Pada tahun 2012 MV Sewol dibeli seharga 187 milyar rupiah oleh Chong Hygien Marine company sebuah perusahaan Maritim asal Korea Selatan.

Baca juga: Pulau Misterius Berpenghuni 20 000 Ekor Ular

Setelah diakuisisi kapal tersebut mengalami renovasi dan modifikasi diantaranya penambahan kabin penumpang ekstra pada dek ketiga keempat dan kelima. Selain itu, perusahaan menambah kapasitas penumpang sebanyak 117 orang, dan berat kapal sebesar 239 ton.

Setelah renovasi kapal selesai, MV Sewol menjalani inspeksi peraturan dan keselamatan oleh register Korea dan akhirnya mulai beroperasi pada tanggal 15 Maret 2013 di Korea Selatan.

Kapal ini mengoperasikan tiga perjalanan pulang pergi per minggu - setiap perjalanan satu arah, menempuh jarak 425 km dan memakan waktu hingga 13,5 jam.

Sayangnya kesuksesan Sewol tampaknya tidak bertahan lama di Korea Selatan, insiden tenggelamnya kapal ini dimulai ketika kapal berangkat untuk penyeberangan ke Pulau Jeju.

Saat itu kapal feri diawaki oleh 33 awak kapal dan membawa 185 Kendaraan dengan total muatan 2.142 ton, dan 476 penumpang termasuk 325 siswa kelas 2 Danwon High School, Ansan, Korea Selatan, yang sedang dalam perjalanan darma wisata.

Namun sebelum meninggalkan dermaga, Dinas Lalulintas Kapal Incheon mengeluarkan peringatan jarak pandang karena kabut, hal ini menyebabkan Asosiasi Pelayaran setempat meminta Sewol untuk menunda keberangkatannya.

Baca juga: Militer Korea Utara pamer Kekuatan, Bisakah TentaraIndonesia Mengalahkannya

Pada pukul 20.35. Dinas Lalulintas Kapal Incheon mencabut peringatan tersebut setelah memeriksa kondisi cuaca.

Kapal yang di komandoi oleh kapten Lee Jun Seok, berangkat sekitar pukul 9 malam, dan merupakan satu-satunya kapal yang meninggalkan pelabuhan malam itu.

Pada pukul 08.40 pagi, para penumpang tengah menikmati sarapan yang disajikan di kafetaria. Pada saat yang bersamaan, kapal memasuki Selat Maenggol yang terkenal memiliki arus bawah laut yang kuat. Tak lama saat memasuki anjungan, kapal dikendalikan oleh petugas yang belum berpengalaman, dan harus menghadapi perairan paling ganas.

Kemudian tiba-tiba kapal berbelok tajam, miring, lalu terbalik. Beberapa saat kemudian kapal karam di lepas pantai barat daya Korea Selatan.

Ketika kejadian tersebut terjadi, tidak ada panggilan darurat yang dilakukan oleh awak kapal. Namun, ada seorang murid yang menelepon stasiun pemadam kebakaran setempat untuk meminta bantuan. Dibutuhkan beberapa waktu untuk mengidentifikasi bahwa kapal tersebut adalah Kapal Sewol. Setelah itu, beberapa tim penyelamat dan helikopter segera menuju lokasi untuk melakukan penyelamatan.

Baca juga: China Produksi Kapal Pesiar Super 16 Lantai Luas 40 RibuMeter Persegi yang Bikin Dunia Takjub

Tidak hanya itu, puluhan tentara dan ratusan penyelam juga dikerahkan untuk mencari penumpang dan awak kapal yang menjadi korban. Proses penyelamatan ini juga mendapat bantuan dari kapal perang Amerika Serikat yang sedang berpatroli di kawasan tersebut. Dari hasil penyelamatan, sebanyak 304 penumpang dan awak kapal ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa, dan hanya 172 orang yang berhasil selamat.

Pada peristiwa tersebut, kapten kapal Lee Jun Seok menjadi sasaran kritik dari masyarakat Korea Selatan. Pria berusia 69 tahun itu dianggap bertanggung jawab atas keterlambatan evakuasi saat kejadian tersebut terjadi.

Proses evakuasi baru dilakukan setengah jam setelah alarm darurat berbunyi. Saat itu, kapten kapal terlihat di kamera mengenakan jaket pelampung saat diselamatkan dari anjungan Sewol. Ia bahkan sengaja meninggalkan kapal yang terbalik - dan mengabaikan kepanikan para penumpangnya.

Ketika ditanya tentang evakuasi yang lambat, Lee berargumen bahwa ia khawatir penumpang akan terhanyut jika mereka meninggalkan kapal dengan kondisi arus kuat.

Namun, bukti terbaru justru menunjukkan bahwa sebagian penumpang yang selamat adalah mereka yang memilih untuk melompat ke laut. Sementara itu, penumpang yang mengikuti perintah kapten dan tetap diam di kapal menjadi korban yang tidak selamat.

Selain itu, Lee juga menjelaskan bahwa sebelumnya ia telah memberikan instruksi kepada awak kapal mengenai rute yang harus diambil. Setelah itu, ia memberikan izin untuk pergi ke kamar tidurnya, dan kecelakaan yang menewaskan ratusan orang terjadi.

Baca juga: Seperti Apa Cara Orang Tibet Menjalani Hidup Di ketinggian,Mengapa Tubuh Mereka Sangat Kuat

Kapal yang tenggelam dengan posisi miring menyebabkan kabin-kabin kapal terbalik, sehingga penyelam harus menyusuri lorong-lorong sempit untuk mencari korban.

Dalam upaya pencarian tersebut, penyelam menemukan sekitar 48 jasad yang berdesakan di salah satu ruangan sempit dengan menggunakan jaket penyelam. Kapten Angkatan Laut Kim Jin-Hwang menjelaskan bahwa temuan tersebut diduga merupakan korban yang terjebak saat kapal miring dan mulai tenggelam.

Meskipun lokasi korban telah ditemukan, namun para penyelam mengalami kesulitan dalam evakuasi jasad yang ditemukan. Kondisi kapal terbalik dan segala sesuatu yang mengambang menjadi hambatan berat bagi para penyelam dalam melakukan penyelamatan.

Tragedi yang terjadi pada 16 April 2014, yang melibatkan tenggelamnya Kapal Sewol dianggap sebagai bencana terbesar dalam sejarah pelayaran Korea Selatan.

Hal ini mendorong dilakukannya penyelidikan untuk mengungkapkesalahan yang menjadi penyebab peristiwa tersebut, termasuk dugaan modifikasi kapal yang kemungkinan mempengaruhi keseimbangan kapal. Ternyata, modifikasi tersebut dilakukan pada tahun 2013 setelah Sewol dibeli oleh perusahaan Jepang.

Baca juga: Tiongkok Habiskan 18 triliun Rupiah untuk Membangun TerusanTerbesar di Dunia, Bikin AS Khawatir

Hasil modifikasi tersebut memungkinkan penambahan kapasitas penumpang dari 804 menjadi 921 orang. Dalam penyelidikan, aparat telah menahan kapten dan awak kapal untuk dugaan penyelidikan kriminal.

Selain itu, penyidik juga sedang mencari 20 organisasi yang terkait dengan operator Kapal Feri tersebut, termasuk melakukan penggeledahan di rumah Yoo Byung Eun, seorang miliarder yang keluarganya mengoperasikan Kapal Sewol.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hot Artikel